Salah satu kewajiban utama suami adalah memberikan nafkah sandang
pangan dan papan kepada keluarganya. Tentu bukan sesuatu yang mudah dilakukan
oleh suami, di era dimana pekerjaan sangat sulit didapat, sesungguhnya mencari
pekerjaan halal menjadi bagian dari jihad seorang suami untuk menyelamatkan
keluarganya dari api neraka.
Imam A’mash menyatakan:
مَنْ أَكَلَ الحَلاَل أَطَاعَ اللهُ اَحَبَّ
أَمْ كَرِهَ وَمَنْ أَكَلَ الحَرَامُ عَصَي اللهُ اَحَبَّ اَمْ كَرِه
Barangsiapa mengkonsumsi pangan halal dia akan taat kepada Allah
suka ataupun terpaksa, dan barangsiapa yang mengkonsumsi pangan halal dia akan
maksiat suka ataupun terpaksa.
Akan menjadi sesuatu yang memberatkan bagi seseorang yang sumber
makanannya adalah pangan haram untuk mendekat dan beribadah dengan baik. Bagaimana
seseorang bisa menjauh dari penyebab masuk neraka bila konsumsinya sesuatu yang
haram?
Karenanya bila seorang suami ternyata penghasilan sehari-harinya
dari sumber yang haram, bagi isteri diberikan beberapa alternatif:
1. Isteri harus sekuat tenaga mencari nafkah untuk dirinya
sendiri.
2. Berhutang kepada orang lain,
3. Meminta nafkah orang tuanya
Bila ketiga alternatif ini sudah tidak dimungkinkan lagi, isteri
boleh mempergunakan harta haram suami sebatas kebutuhan pokok, dan keadaan
isteri yang seperti ini masuk dalam katagori dlorurot.
Dasar Hukum
al Bajuri 2 halaman 194
وإن أُعسر بنفقتها أي: المستقبلة فلـها الصبر على إعساره وتُنفق
على نفسها من مالـها أو تقترض ويصير ما أنفقته ديناً عليه، اي وإن لم يقرضها القاضى
لانها تمليك فهي كسائر الديون المستقرة
Asbah wa al Nadzair 1 hal. 155
وَلَوْ عَمَّ الْحَرَامُ قُطْرًا, بِحَيْثُ لا يُوجَدُ فِيهِ حَلالٌ إلا
نَادِرًا فَإِنَّهُ يَجُوزُ اسْتِعْمَالُ مَا يَحْتَاجُ إلَيْهِ, وَلا يَقْتَصِرُ عَلَى الضَّرُورَةِ. قَالَ الإِمَامُ: وَلا يَرْتَقِي إلَى التَّبَسُّطِ, وَأَكْلِ الْمَلاذِّ بَلْ يَقْتَصِرُ عَلَى قَدْرِ الْحَاجَةِ
dikutip dari nuha
0 komentar:
Posting Komentar