Oleh KH. Zainal Maarif
Sering kali seorang suami tanpa disadari menjadi durhaka kepada Ibu/Bapaknya karena cinta yang berlebihan kepada istrinya. Demikian juga sebaliknya, tidak sedikit istri yang durhaka kepada Bapak/Ibunya gara gara cinta buta kepada suaminya.
Sering kali seorang suami tanpa disadari menjadi durhaka kepada Ibu/Bapaknya karena cinta yang berlebihan kepada istrinya. Demikian juga sebaliknya, tidak sedikit istri yang durhaka kepada Bapak/Ibunya gara gara cinta buta kepada suaminya.
Tetapi terkadang semua itu bukan karena cinta atau
benci, tetapi tidak sedikit yang disebabkan oleh kesalah pahaman dalam memahami
informasi dan informasi yang disampaikan sang isteri diterima mentah-mentah
tanpa konfirmasi terlebih dahulu.
Tak pelak,
rumah tangganya kemudian menjadi terasing di tengah tengah masyarakat, bukan
karena keburukan ahlaqnya, tetapi karena tidak pandai menyaring berita dan
menyikapinya. Kehancuran yang diakibatkan oleh orang orang terdekat selalu
menjadi cerita yang menarik di sepanjang sejarahnya.
قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم: ألا أخبركم بأحبكم إلي وأقربكم مني مجالس يوم القيامة أحسنكم أخلاقا,
الموطأون أكنافا, اللذين يألفون ويؤلفون, ألا أخبركم بأبغضكم إلي وأبعدكم مني
مجالس يوم القيامة الثرثارون المتفيهقون
"Bersabda
Sang Rosul صلى الله عليه وسلم: bukankah telah aku kabarkan
kepadamu bahwa majelis membuat engkau bertambah cinta padaku dan bertambah
dekat padaku dihari kiamat nanti adalah majelis yang menjunjung tinggi akhlak
diantara kalian. Majelis dimana orang-orang yang hadir saling
mengalah/merendah, saling menyayangi, dan bukankah telah aku kabarkan kepada
kalian, bahwa yang paling memurkakan kalian kepadaku dan menjauhkan kalian
dariku adalah para pembual dan berbicara dengan sombong" (Sumber: Al Kamil
fi Al Adab wa Al Lughot oleh Al Mubarrod juz 1 hal 2).
Hadits
ini hampir sama dengan pesan Nabi yang lain yang menyatakan طوبي
لمن ملك لسانه berbahagialah orang yang mampu mengontrol lisannya dalam
berkata-kata. Sebagaimana ilustrasi kedurhakaan suami/isteri kepada orang tua karena informasi yang salah, bangunan rumah tangga akan
menjadi rapuh manakala masing-masing tidak mampu menjaga lisannya dan tidak
terlalu memperdulikan apakah pesan yang dia sampaikan dalam bentuk kata-kata
mampu ditangkap oleh lawan bicaranya secara baik sebagaimana dia inginkan
ataukah tidak.
Komunitas
dalam rumah tangga juga bisa disebut majelis yang disinggung oleh Nabi diatas. Manakala
anggota keluarga senantiasa menjaga akhlak, maka keluarga itu adalah media
untuk menjadi lebih dekat pada RasuluLLah di akhirat nanti.
Melihat
teks yang pesannya berakibat buruk dalam pergaulan adalah perkataan, Al
Tsartsarun adalah cerewet sedangkan Al Mutafayhiqun bermakna Takabbur, dan
dalam salah satu kitab lughot adalah Tausi'ul Kalam (meluaskan perbincangan),
jadi saya terjemahkan saja dengan cara memadukan kedua arti tersebut.
Intinya
agar kerukunan dalam sebuah komunitas tetap terjaga adalah dengan cara menjaga
omongan dan berhati hati dalam menyimpulkan sebuah kata-kata.
0 komentar:
Posting Komentar